Pejuang Bangsa



  “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai  jasa  para  pahlawannya”. 
Kata-kata yang tertulis dalam buletin lokal. Aku pun mulai berpikir, benarkah demikian? Apa arti sebenarnya Bangsa yang besar? Aku pun mulai mereka-reka artinya. Bangsa yang besar….bangsa yang dikenal di dunia karena nama baiknya. Itu kesimpulan akhirku. Otakku kembali berpikir, apakah Indonesia sudah menghargai jasa para pahlawannya? Spontan hati kecilku menjawab, Belum. Lalu aku teringat pelajaran sejarah dan PSPB (Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa) yang pernah aku terima semasa duduk di bangku sekolah. Perang Diponegoro, Pattimura, Bung Tomo, sampai Para Jenderal yang diculik oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Pengorbanan tenaga, pikiran, bahkan darah yang tak ternilai harganya. Pahlawan yang patut diteladani dan ditiru. Aku masih terdiam. Tak lama kemudian muncul sebersit kata-kata di kepalaku…pahlawan devisa dan pahlawan tanpa tanda jasa. Aku pun tergerak untuk menuliskan sedikit tentang keberadaan dua pahlawan tersebut.
Pahlawan tanpa tanda jasa, itulah sebutan bagi para guru. Tugas yang mulia diemban oleh para guru. Mendidik, membina dan mengajarkan sesuatu bagi kita para anak bangsa. Mengapa terkadang jasa mereka seringkali terlupakan? Ingatan akan jasad mereka pun akan menghilang seiring berjalannya waktu. Jasa pahlawan tanpa tanda jasa ini pun seakan tanpa harga. Padahal kalau kita mau sedikit saja merenung dan kembali mengingat masa-masa kita bersentuhan dengan pahlawan yang satu ini, kita pasti akan menyadari bahwa jasanya sungguh tak ternilai. Kita bisa menjadi seseorang seperti sekarang pun pasti karena jasanya. Tapi sayang, sebutan suci pahlawan tanpa tanda jasa ini pun terkadang disalah gunakan. Alasan minimnya tingkat pendapatan bagi para guru sehingga kesejahteraan keluarga tidak tercapai, membuat mereka mencari jalan pintas. Ada beberapa oknum guru yang langsung meminta cindera mata pada muridnya saat kenaikan kelas, ada pula yang dengan terbuka mengharapkan kiriman disaat lebaran, atau memberikan nilai bagus pada murid yang mengikuti pelajaran tambahan yang diberikannya. Bila sudah seperti itu fenomenanya, dimanakah letak tanpa tanda jasa tersebut? Apakah hal tersebut terjadi karena kurang adanya perhatian terhadap keberadaan mereka para guru?
Istilah yang paling baru adalah pahlawan devisa. Sebutan ini diperuntukkan bagi para Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Mereka dielu-elukan sebagai pahlawan devisa bahkan di bandara Cengkareng telah dibangun tempat khusus bagi para TKI ini. Wah pasti sangat hebat jasa mereka bagi bangsa Indonesia. Tak dapat dipungkiri memang para TKI ini sebagai peyumbang dana terbesar bagi pendapatan negara. Mereka berangkat dari Tanah Air dengan niat suci untuk meningkatkan taraf hidup karena konon di negeri sendiri hidup mereka selalu pas-pasan. Jangankan untuk mencapai kesejahteraan, untuk makan sehari-hari saja terkadang harus hutang sana sini. Tragis. Hidup di negeri sendiri kok malah susah. Hanya berbekal  tekad untuk merubah nasib mereka berangkat ke Negara lain. Alhamdulillah bagi mereka yang mempunyai majikan yang baik hati. Coba bayangkan apabila mereka bertemu dengan majikan yang sadis. Tidak diberi makan, disiksa, tidak digaji atau yang paling tragis diperkosa. Kalau sudah begitu mereka merasa terancam dan akhirnya menjadi TKW kaburan. Semakin runyam urusannya. Merasa semakin terdesak dengan keadaan sehingga akhirnya memutuskan untuk menjual harga dirinya. Belum lagi bila mereka kembali ke tanah air tercinta. Dianggap sudah berduit (karena sudah menjadi pahlawan devisa) sehingga banyak calo yang mencegat mereka. Ditodong sana sini tak berdaya. Belum lagi urusan bagasi yang berbelit-belit. Padahal di Tanah air mereka disebut pahlawan devisa. Ya, mereka termasuk jajaran pahlawan. Tetapi mengapa mereka tidak diperlakukan sebagai pahlawan?
Jadi dengan cara apa kita bisa menghargai jasa para pahlawan sehingga bisa menjadi Bangsa yang besar? Apakah dengan mendirikan Monumen yang megah, Museum yang mewah, atau hanya dengan memberikan sepetak tanah yang disebut Taman Makam Pahlawan? Tetapi mengapa belum ada Monumen atau bahkan Makam bagi pahlawan tanpa tanda jasa dan pahlawan devisa? Ya mungkin kita masih jauh dari implementasi Bangsa yang Besar dan masih dibutuhkan perenungan yang panjang untuk menjadi Bangsa yang besar.

0 komentar:

Posting Komentar